sejarah Kota Lubuklinggau
Tahun 1929 status Lubuklinggau
adalah sebagai Ibu Kota Marga Sindang Kelingi Ilir, dibawah Onder District Musi
Ulu. Onder DistrictMusi Ulu sendiri ibu kotanya adalah Muara Beliti. Tahun 1933
Ibukota Onder District Musi Ulu dipindah dari Muara Beliti ke Lubuklinggau.
Tahun 1942-1945 Lubuklinggau
menjadi Ibukota Kewedanaan Musi Ulu dan dilanjutkan setelahkemerdekaan. Pada
waktu Clash I tahun 1947, Lubuklinggau dijadikan Ibukota Pemerintahan Propinsi
Sumatera Bagian Selatan.
Tahun 1948 Lubuklinggau menjadi
Ibukota Kabupaten Musi Ulu Rawas dan tetap sebagai Ibukota Keresidenan
Palembang. Pada tahun 1956 Lubuklinggau menjadi Ibukota Daerah Swatantra
Tingkat II Musi Rawas.
Tahun 1981 dengan Peraturan
PemerintahRepublik Indonesia Nomor 38 tanggal 30 Oktober 1981 Lubuklinggau
ditetapkan statusnya sebagai Kota Administratif.
Tahun 2001 dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 Lubuklinggau
statusnya ditingkatkan menjadi Kota. Pada tanggal17 Oktober 2001 Kota
Lubuklinggau diresmikan menjadi Daerah Otonam.
OBJEK WISATA LUBUKLINGGAU
Bukit Sulap
Kawasan objek wisata Bukit Sulap
terletak ± 2 km dari pusat Kota Lubuklinggau. Bukit Sulap merupakan objek
wisata alam yang berbentuk bukit yang cukup besar dengan ketinggian ± 700 m
dari permukaan laut dengan tumbuh-tumbuhan yang alami dan asri serta
bertemperatur udara yang sejuk. Untuk sampai kepuncaknya membutuhkan waktu ±
1,5 jam berjalan kaki melalui jalan setapak berbatu dan tanah. Bukit ini cukup
menantang bagi wisatawan dan pencinta alam yang senang berpetualang.
Dari puncak Bukit Sulap
pengunjung dapat leluasa memandang keindahan alam Kota Lubuklinggau, apalagi di
malam hari akan lebih menarik lagi.
Di samping itu, di puncak Bukit
Sulap terdapat tumbuh-tumbuhan berupa bambu yang unik, batangnya berwarna
seperti warna bambu yang umumnya berwarna hijau bersih namun dahan dan
ranting-rantingnya berwarna kuning serta berduri-duri. Selain itu terdapat juga
bambu yang batangnya berlubang seperti bambu biasa tapi dahan dan
ranting-rantingnya buntu sehingga menjadikan bambu ini mempunyai keunikan dan
kekhasan tersendiri yang mungkin tidak terdapat di tempat lain.
Yang tidak kalah menariknya di lereng
Bukit Sulap terdapat sungai dengan air yang bening. Sungai tersebut diberi nama
sungai Kesie, airnya mengalir di sepanjang sungai tersebut dengan panorama alam
yang indah sehingga Bukit Sulap akan memberikan ketenangan dan kesejukan
tersendiri sebagai objek wisata bagi para pengunjung ataupun wisatawan.
Di lereng Bukit Sulap juga
terdapat situs berupa 4 (empat) buah kuburan, kuburan itu diberi nama kuburan
Bujang Kurap, bahkan oleh masyarakat Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau
sudah dikeramatkan.
Bujang Kurap adalah salah satu
cerita rakyat Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau yang mengisahkan kesaktian
seseorang pada masa itu. Lokasi situs Bujang Kurap di Sidorejo Kelurahan Pelita
Jaya Kecamatan Lubuklinggau Barat I ± 1 km dari pusat Kota Lubuklinggau. Untuk
mencapai komplek situs pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda 2 (dua) atau
berjalan kaki, tidak dapat dicapai dengan kendaraan roda 4 (empat) karena
lokasi situs tersebut dipisahkan oleh aliran Sungai Kelingi. Di atas sungai ini
terdapat sebuah jembatan gantung, jembatan gantung inilah satu-satunya jalan
yang dapat ditempuh untuk mencapai lokasi situs Bujang Kurap.
Bukit sulap juga identik dengan
Kota Lubuklinggau, karena Bukit sulap merupakan lambang dari Kota Lubuklinggau
yang dapat dilihat atau dipandang dari semua penjuru Kota Lubuklinggau.
Air Terjun Watervang
Objek wisata ini adalah bangunan
bendungan air Sungai Kelingi yang dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun
1941. Fungsi utamanya sebagai pengairan persawahan yang luasnya ± 8.000 ha yang
terletak di kawasan sepanjang Sungai Kelingi Kota Lubuklinggau sampai ke
Kecamatan Tugu Mulyo dan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas.
Di samping fungsi utama bendungan
sebagai pengairan persawahan juga objek wisata, yang akan memberikan nuansa
tersendiri bagi para pengunjung. Watervang juga, memiliki nilai historis bagi bangsa
Indonesia pada umumnya dan kabupaten Musi Rawas serta Kota Lubuklinggau pada
khususnya.
Objek wisata ini terletak ± 5 km
ke arah timur pusat Kota Lubuklinggau. Untuk mencapai objek wisata tersebut
hanya memerlukan waktu ± 15 menit dengan kendaraan roda dua atau roda empat.
Objek wisata ini sudah dikenal
luas oleh warga masyarakat Kabupaten Musi rawas, Kota lubuklinggau, Sumatera
Selatan dan sekitarnya.
Museum Sriwijaya Subkoss Garuda
Museum subkoss Garuda Sriwijaya
ini menempati bangunan ex-rumah dinas Bupati Kabupaten Musi Rawas yang
peresmiannya pada tahun 1988 sebagai Museum Perjuangan dengan arsitektur
tradisional. Luas bangunan Museum Subkoss Garuda Sriwijaya 1.700 m², terletak
di pusat Kota Lubuklinggau mudah untuk dicapai.
Di museum ini terdapat ± 184
koleksi barang-barang bersejarah yang pernah dipakai atau digunakan oleh para
pejuang pada pertempuran untuk mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia
dari kaum penjajah. Pemerintah Kota Lubuklinggau memanfaatkan museum Subkoss
Garuda Sriwajaya sebagai objek wisata Sejarah. Koleksi barang-barang bersejarah
yang dimiliki oleh museum ini antara lain : Log. Kereta Api, Mobil Jeep STD,
Tombak, Senjata Api, dll. Museum Subkoss Garuda Sriwijaya ini juga melambangkan
perjuangan rakyat Sumatera Selatan.
Keberadaan museum ini sangat
bermanfaat untuk memberikan informasi tentang perjuangan, kepahlawanan,
pengetahuan dan wawasan sejarah kepada generasi muda. Museum ini merupakan
satu-satunya objek wisata sejarah di Kota Lubuklinggau dan telah menjadi kebanggaan
warga Kota Lubuklinggau.
Air Terjun Mesat
Kawasan objek wisata ini terletak di Kelurahan Air Temam Kecamatan Lubuklinggau Selatan I ± 9 km ke arah selatan dari pusatKota Lubuklinggau, hanya membutuhkan waktu ± 20 menit untuk mencapai objek wisata tersebut dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau 4. Objek Wisata Air Terjun Mesat, merupakan air terjun yang bersumber dari Air Sungai Mesat. Air Terjun ini menjadi objek wisata yang cukup menarik, air sungai ini juga digunakan oleh penduduk sekitar untuk mandi dan mencuci. Ketinggian air terjunnya ± 7 m terletak di jalan poros penghubung antara Kelurahan Air Temam dan Kelurahan Rahma. Di atas air terjun ini terdapat sebuah jembatan untuk menuju Kantor Lurah Air Temam dan Kantor Lurah Rahma. Dari atas jembatan penghubung antara Kelurahan Air Temam dan Kelurahan Rahma tersebut pengunjung dapat menikmati pemandangan Air Terjun Mesat dan alam sekitarnya. Air terjun ini akan menjadi lebih menarik bila musim hujan turun karena air sungai menjadi besar dari biasanya dan akan memberikan keindahan tersendiri. Lokasi Air terjun Mesat ini tidak jauh dari kawasan perkampungan penduduk dan perkebunan karet. Untuk mencapai objek wisata ini ada dua jalan arternatif yang dapat ditempuh yaitu melalui Kelurahan Air Temam atau Kelurahan Rahma, jalannya cukup baik, sepi dan tenang jauh dari hiruk piruk dan kebisingan kendaraan bermotor serta aktivitas masyarakat. Disisi kiri dan kanan objek wisata wisata ini terdapat kebun dan perkebunan karet masyarakat. Lingkungan objek wisata ini masih alami jauh dari polusi, sehingga dapat memberikan kesegaran dan kesejukan kepada para wisatawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar